Dalang merupakan kependekan dari bahasa Jawa “Ngudhal Piwulang”. Ngudhal berarti menyebarluaskan atau membuka, dan Piwulang
berarti pendidikan atau ilmu. Hal tersebut menegaskan bahwa posisi
dalang adalah seseorang yang memiliki ilmu yang disebar luaskan kepada
penonton atau masyarakat.
Sosok dalang dalam wayang kulit atau
wayang purwa adalah sosok yang jenius sebagai lelaki Jawa. Bagaimana
tidak, seorang dalang mampu menjalankan sebuah lakon atau cerita selama
kurang lebih 7 jam pagelaran wayang kulit.
Bukan hanya itu, dalam lakon tersebut
seorang dalang mampu membuat sebuah dunia yang hidup dengan menjalankan
karakter wayang yang sesuai dengan cerita lakon, dengan karakter suara
yang berbeda di setiap karakternya, bahkan juga karakter perempuan.
Ada lagi ketika harus melantunkan gending, seorang dalang sangat piawai dalam menyanyikan gending dan membawakan suluk
pewayangan. Seorang dalang juga pasti mampu menciptakan gending karya
mereka sendiri. Sehingga dalam sebuah kisah pewayangan sebuah lakon bisa
menjadi cerita yang penuh makna dan kisah yang luar biasa seru.
Asal usul wayang sepertinya masih menjadi
misteri tersendiri karena belum ada bukti konkret yang mampu
membuktikannya. Namun karena kisah-kisah yang dibawakan mengarah kepada
India, maka mungkin budaya India yang di adaptasi oleh masyarakat
Nusantara waktu itu.
Ada sebuah catatan sejarah pertama
mengenai adanya pertunjukan wayang. Pada sebuah prasasti yang berasal
dari tahun 930 yang mengatakan ”Si Galigi mawayang” Galigi adalah seorang penampil yang sering diminta untuk menggelar sebuah pertunjukan.
Penampilan Galigi ini tercatat dalam
kakawin Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa pada tahun 1035. Di dalam
Arjunawiwaha disebutkan bahwa Galigi seseorang yang cepat dan hanya
berjarak satu wayang dari jagadkarana. Jagatkarana sendiri berarti
penggerak dunia atau dalang terbesar hanyalah berjarak satu layar dari
kita.
Pada zaman modern sekarang, seorang
dalang menjadi sebuah keahlian yang tidak ada duanya. Lihat saja Ki Anom
Suroto dan sang anak yang juga mewarisi ilmu pedalangan, atau ki Manteb
Sudarsono yang juga sudah sangat terkenal, atau yang terbaru Ki Seno
Nugroho.
Dalam sebuah cerita pewayangan diharapkan
dalang mampu memberikan kawruh dan piwulang tentang kehidupan, tentang
bagaimana kita mengingat Yang Maha Kuasa dari cerita wayang tersebut.
Sebuah pelajaran berharga dari kebudayaan Jawa yang benar-benar bisa
diterima sebagai piwulang becik dan luhur.
Selain sebuah piwulang, dalam sebuah
pagelaran wayang kulit juga banyak canda dan tawa, ini dimaksudkan agar
penonton tidak jenuh dengan piwulang yang serba membutuhkan pemahaman
dan pengertian yang lebih.
0 Komentar