Pengertian Adat Sedekah Bumi
Sedekah bumi adalah
suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil
bumi. Upacara ini sebenarnya sangat populer di Indonesia, khususnya di Pulau
Jawa.
Upacara ini masih banyak kita jumpai pada
masyarakat daerah pedesaan, yang kehidupannya ditopang dari sektor pertanian.
Upacara sedekah bumi ini menjadi sarana ucapan terima kasih warga setempat
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah diberikan. Seluruh
penduduk berkumpul dengan penuh suka cita untuk mengungkapkan rasa terima kasih
mereka melalui berbagai kegiatan ritual keagamaan dan pesta rakyat. Bagi
masyarakat Jawa khususnya para kaum Petani, tradisi sedekah bumi bukan sekedar
rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan. Akan tetapi tradisi sedekah bumi
mempunyai makna yang mendalam. Selain mengajarkan rasa syukur, tradisi sedekah
bumi juga mengajarkan pada kita bahwa manusia harus hidup harmonis dengan alam
semesta.
Pelaksanaan
Sebenarnya kegiatan sedekah bumi ini
dilaksanakan di akhir musim ketiga(kemarau) atau pada saat akan mulainya musim
hujan. Pada saat jaman dahulu sedekah bumi biasanya dilaksanakan pada saat
bulan september, karena di bulan tersebut pada jaman dahulu biasanya sudah mulai musim hujan. Awalnya
sebelum musim hujan tiba akan diadakan "Sedekah Bumi". Pas dengan
namanya yaitu "Sedekah" yang mempunyai arti memberi atau slametan
terima kasih kepada bumi yang sudah memberi rezeki hasil dari buminya,
menyambut datangnya musim hujan atau rendengan(penghujan). Umumnya para Ketua
adat mengadakan sedekah bumi di pemakaman yang dianggap sebagai pemakaman tua
atau orang yang pada saat ia masih hidup menjadi tetukra(buka desa) di desa tersebut
atau penemu desa tersebut. Tempat slametan sedekah bumi pada jaman dahulu
diadakan di pemakaman, tapi seiring berkembangnya jaman sedekah bumi sekarang
diadakan di "lebu" atau disebut juga "balai desa" bahkan
juga terkadang dilakukan di halaman masjid atau tempat terbuka lainnya seperti
lapangan . Dan tradisi ini sudah biasa dilakukan dengan mengadakan pertunjukan
wayang yang biasa dengan mengambil cerita "Bumiloka" yaitu cerita
asal-usul mulai adanya padi, kegiatan sedekah bumi ini masih banyak dijumpai di
desa yang rata-rata penduduknya berprofesi sebagai petani.
Pada tradisi sedekah bumi, hampir seluruh
elemen masyarakat yang ada didalamnya terlibat dalam merayakan sedekah bumi.
Prosesi dimulai dari para ketua adat daerah, para petani hingga warga biasa
juga ikut merayakan ritual tersebut. Seluruh elemen masyarakat tumpah ruah
berkumpul di suatu tempat untuk merayakan upacara. Ratusan warga berkumpul
untuk bersama-sama menikmati nasi dan lauk-pauk yang mereka siapkan. Ciri khas
yang paling menonjol dari pelaksanaan ritual sedekah bumi adalah adanya ritual
keagamaan yang dipimpin oleh pemuka agama setempat dan adanya pesta rakyat yang
diikuti seluruh anggota masyarakat. Yang menarik dari ritual sedekah bumi ini
adalah adanya seserahan yang disumbangkan oleh setiap warga. Sebagai salah satu
ucapan terima kasih warga kepada Sang Pencipta seluruh alam semesta, setiap
warga akan menyumbangkan beberapa hasil bumi yang mereka dapatkan dalam setahun
untuk disumbangkan pada acara sedekah bumi. Seluruh seserahan yang disumbangkan
pada akhirnya juga akan dinikmati bersama oleh seluruh warga desa
Bubur sura dan
hasil bumi
Sesajen yang penting dalam tradisi ini
adalah bubur sura dan Hasil bumi untuk dimakan dan dikuburkan. Bubur sura
dibuat dari berbagai biji-bijian, yang hanya boleh dimasak dalam kendi kuali
dari tanah. Berbagai jenis hasil bumi, mulai dari biji-bijian, umbi-umbian dan
sayuran dan buah, akan dikeluarkan pada acara tersebut dan dimakan
bersama-sama. Kepala binatang ternak yang dikurbankan, biasanya akan dikubur.
0 Komentar