contoh gambar wayang kulit dan wayang klithik |
Bagi sebagian orang mungkin masih asing dengan jenis wayang yang
satu ini, yaitu wayang klithik, berbeda dengan wayang kulit yang mayoritas
orang sudah sering mendengarnya bahkan juga sudah mendunia. Tapi tidak sedikit juga orang yang mempertanyakan apa sih
perbedaan wayang kulit dan wayang klithik?
Jika dilihat sekilas kedua wayang ini memiliki bentuk yang hampir sama,
tapi jika dilihat lebih dekat lagi maka kedua wayang ini jelas sangat berbeda.
Menurut wikipedia, wayang klithik adalah wayang yang terbuat
dari kayu. Berbeda dengan wayang golek yang mirip dengan boneka, wayang klitik
berbentuk pipih seperti wayang kulit.
Wayang ini pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik,
adipati Surabaya, dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering
disebut dengan wayang krucil. Munculnya wayang menak yang terbuat dari kayu,
membuat Sunan Pakubuwana II kemudian menciptakan wayang klithik yang terbuat
dari kayu yang pipih (dua dimensi). Tangan wayang ini dibuat dari kulit yang
ditatah. Berbeda dengan wayang lainnya, wayang klithik memiliki gagang yang
terbuat dari kayu. Apabila pentas menimbulkan bunyi "klithik,
klithik" yang diyakini sebagai asal mula istilah penyebutan wayang
klithik.
Di Jawa Tengah wayang klithik memiliki bentuk yang mirip
dengan wayang gedog. Tokoh-tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan
menggunakan tutup kepala tekes (kipas). Di Jawa Timur tokoh-tokohnya banyak
yang menyerupai wayang purwa, raja-rajanya bermahkota dan memakai praba. Di Jawa
Tengah, tokoh-tokoh rajanya bergelung Keling atau Garuda Mungkur saja.
Repertoar cerita wayang klitik juga berbeda dengan wayang
kulit. Di mana repertoar cerita wayang kulit diambil dari wiracarita Ramayana
dan Mahabharata, repertoar cerita wayang klitik diambil dari siklus cerita
Panji dan Damarwulan.
Cerita yang dipakai dalam wayang klithik umumnya mengambil
dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di
Majapahit. Namun, tidak menutup kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang
purwa dan wayang menak, bahkan dari Babad Tanah Jawi sekalipun.
Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan
wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati
(srepegan). Ada kalanya wayang klithik menggunakan gending-gending besar.
Sedangkan wayang kulit adalah seni tradisional
Indonesia yang terutama berkembang di
Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh
spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang
adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena
penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya
saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator
dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan
sekelompok nayaga dan tembang yang
dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir,
yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan
lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada
di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan
akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata
dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki
dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil
dari cerita Panji.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada
tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang
cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and
Intangible Heritage of Humanity ).
Kesimpulannya, kedua jenis wayang ini mempunyai banyak perbedaan baik
dari segi pembuatan, pertunjukan, lakon yang dimainkan, dan lain-lainnya.
0 Komentar