Seni pewayangan merupakan tontonan yang menarik, didalamnya terkandung nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai acuan moral keutamaan hidup juga memiliki peranan dalam membangun budi pekerti karena serat dengan nilai-nilai keutamaan hidup, yang tidak berhenti sebagai suatu idealisme yang normative, melainkan sudah digambarkan pelaksanaanya dalam bentuk sikap dan tingkah laku atau budi pekerti.
Ada beberapa unsur seni yang ada di dalam wayang orang yaitu seni tari, seni drama, seni rupa, maupun seni musik. Hal ini menjadikan wayang orang dahulu menjadi kesenian yang diagungkan oleh masyarakat. Bisa ditemukan berbagai makna filsafat hidup yang terkandung di dalamnya. Hal tersebut dijadikan acuan suri teladan dalam berperilaku bagi masyarakat. Dari sebuah kesenian Wayang bocah terdapat nilai-nilai luhur yaitu dapat menghaluskan budi, mengajari tentang etika pendewasaan diri, serta ajaran-ajaran tentang kehidupan.
Di era globalisasi, dimana teknologi komunikasi maju dengan pesat yang mengakibatkan kemudahan-kemudahan untuk melihat peristiwa-peristiwa di benua lain dalam waktu yang bersamaan di layar kaca, sehingga sebagian besar generasi muda kita lebih dekat dengan kebudayaan asing dibandingkan dengan kebudayaannya sendiri.
Dengan leluasanya mereka melihat tanyangan berbagai kesenian Barat lewat layar kaca yang berupa film-film yang mudah dicerna karena tidak menggunakan simol-simbol seperti dalam pagelaran wayang. Maka tidak heran kalau generasi muda sekarang lebih mengenal Doraemon, Supermen, Boy-boy dan lai-lainnya.
Tidak hanya melalui layar kaca mereka mengenalnya tetapi berbagai media promosi seperti pensil, penghapus, penggaris, buku, kaos, tas sekolah tempat minum/makan dan lain-lain. Bahasa yang digunakan juga Bahasa campuran Bahasa Jawa dan Bahasa Indoesia sedangkan dalam pewayangan masi menggunakan bahasa Jawa dan Bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi yang dewasa ini merupakan satu kendala bagi generasi muda untuk memahami wayang. Oleh sebab itu kita tidak boleh menyalahkan seratus persen kalau sebagian besar generasi muda belum mencintai wayang.
Pagelaran wayang yang merupakan wujud pengembangan warisan kebudayaan yang perlu dikembangkan dan dipahami oleh generasi muda kita. Jangan sampai generasi muda kita kalah dengan orang asing di dalam memahami kebudayaannya sendiri. Untuk itu perlu kerja sama berbagai pihak di dalam melaksanakan berbagai upaya, agar generasi muda dapat menangkap filosofi yang terkandung dalam wayang kita.
upaya dilakukan dengan cara mengadaan festival wayang bocah, kerjasama dengan sivitas akademik (melalui festival wayang bocah terjalin sebuah komunikasi yang berkelanjutan antara lembaga pendidikan, pemegang kebijaksanaan, mitra kerja utuk bekerja sama mewujudkan generasi bangsa yang unggul, cerdas dan bermartabat tanpa meninggalkan akar budayanya sendiri), pembinaan usia dini, selain itu Festival wayang bocah dapat menjadi sarana belajar yang memberi manfaat juga wawasan baru pada kita semua, terutama akan kearifan local yang semakin tergeser oleh arus modernisasi, globalisasi, dan westernisasi. Serta mampu memberikan sumbangsih dalam perkembangan dunia pendidikan anak usia dini di Indonesia. Adapun upaya lain dengan perubahan jam tayang secara umum, gaya bahasa, lawakan, dan durasi pagelaran, tekhnik sabetan, permainan lampu yang menarik penonton, adanya media promosi seperti komik, animasi penyiaran radio, tentunya tak bertujuan untuk merubah kebudayaan asli wayang kulit, wayang orang atau ketoprak. Namun semata-mata untuk memberi kenyamanan bagi anak-anak untuk menyukai wayang kulit, wayang orang ataupun ketoprak dan nantinya menjadi batu loncatan ketika dewasa akan menggeluti dunia pewayangan serta tergerak untuk melestarikannya.
0 Komentar