Adat Ngunjung





Apa Itu Kebudayaan?

Kebudayaan adalah benang merah yang menghubungkan dimensi ruang, waktu, manusia, serta kreativitasnya yang berlangsung tanpa henti. Ruang-ruang kebudayaan sebagai hasil ketajaman budi dan fikir masyarakat membentuk suatu kesatuan utuh yang tak dapat dipisahkan, baik nilai-nilai dalam tradisi,perekonomian,pertanian, pendidikan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sejarah maupun lingkungan.

Seni pertunjukkan di Indonesia dalam perjalanannya merupakan sebuah ungkapan hayi para kreatornya yang disublimasikan dari pengalaman-pengalaman indrawi keseharian mereka, seperti mata pencaharian (pertanian), gejala alam, dsb. Dapat dipahami apabila kesenian yang wajar hanya dapat dihasilkan oleh kelompok masyarakat yang secara social budaya dan ekonomi telah sejahtera. Hal ini telah dicontohkan leluhur kita yang kita dapat lihat dari helaran seni tradisi pertanian, diantranya tradisi “Ngunjung”


Pengertian Adat Ngunjung


Upacara ngunjung berasal dari kalimat mendirikan desa unjung artinya “datang” atau “mendatangi”, mendatangi disini artinya “Ziarah” yaitu mendatangi makam para leluhur cikal bakal yang menjadi pancere (asal muasal) orang desa itu. Upacara ngunjung/munjung ini termasuk upacara adat Jawa Barat yang biasanya dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah Indramayu, Cirebon, dan sekitarnya. Lokasi upacara adat ini biasanya di makam leluhur dan tokoh agama yang disegani dan dipercaya keramat.


Tujuan Adat Ngunjung


Tujuannya dari upacara ini ialah untuk melestarikan budaya dan memohon keselamatan. Upacara yang lazim dilaksanakan pada bulan Syuro dan Mulud atau kerap dilaksanakan sehabis panen padi ini biasanya menampilkan kesenian khas, seperti wayang kulit dan dibeberapa tempat menampilkan kesenian sandiwara. Dalam upacara adat ngunjung ini masyarakat biasanya berbondong-bondong membawa nasi tumpeng dan makanan tradisional lainnya

Pada saat waktu ngunjung masyarakat membuat sesajen, tumpeng, bekakak ayam, buah-buahan, jajan pasar : koci, nagasari, cucur, lara gudig, kembang goyang, dan masih banyak lagi dengan dilengkapi bunga tujuh rupa atau biasa disebut bunga setaman, barang-barang itu nanti akan dibawa dan dikumpulkan di makam para leluhur tadi, sembari ditahlilkan disitu dan dimakan disitu. Biasanya ketika malam tiba di makam akan diadakan pertunjukan wayang kulit, topeng, berokan dan lain-lain.  

0 Komentar